Senin, 26 Mei 2014

PSIKOLOGI KOMUNIKASI



PSIKOLOGI BELAJAR BAHASA



Pendahuluan
Bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan individu maupun kelompok. Kernampuan berbahasa menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi, terlebih pada era globalisasi, rnodernisasi, industrialisasi, dan era informasi seperti saat ini.
Aspek yang sangat rnenonjol dan terlihat dengan sangat jelas terkait dengan era seperti sekarang ini adalah terjadinya perubahan yang arnat cepat yang terjadi pada setiap sektor kehidupan, sesaat saja kita terlena kita akan tertinggal jauh dan tergilas oleh roda waktu.





  PEMBAHASAN

A.    Latar belakang

Kernampuan dan penguasaan bahasa menjadi sangat urgen dan tidak bisa ditunda. Sementara kendala penguasaan bahasa sejak dulu sampai sekarang masih  menjadi sebuah delema yang tidak kunjung terpecahkan. Salah satu contoh ; banyak orang yang telah bersusah payah dan berusaha keras belajar bahasa Arab misalnya, bahkan telah menghabiskan banyak waktu untuk itu namun hasilnya tidak pernah memuaskan.
Untuk hal tersebut penulis tergerak untuk ikut serta menyumbangkan pemikiran dalam upaya mencari solusi alternatif yang dapat memecahkan kebekuan masalah tersebut, dengan mencoba melihat dari aspek psikis yakni tinjauan psikologi dengan sebuah pendekatan Psikologi Belajar Bahasa.
Seperti yang kita ketahui, metodologi pengajaran bahasa a sing saat ini mengalami perkembangan terus-menerus. Seiring dengan perkembangan yang terjadi terutama pada disiplin ilmu bahasa ( ilmu al-Iughah- Linguistik), Ilmu pendidikan ( paedagogi) dan ilmu an-Nafs (psychology). Lebih dari pada itu, hasil-hasil penelitian dalam bidang pengajaran bahasa, juga rnemberikan kontribusi kepada lahirnya pendekatan dan metode baru dalam pengajaran bahasa. Harus diakui bahwa sebagian besar dari perkembangan tersebut terjadi pada pengajaran bahasa Inggris yang merupakan bahasa dunia paling populer dewaaa ini. Sementara pengajaran bahasa Arab lebihbanyak berperan sebagai pengadopsi, sehingga seringkali tertinggal di banding  bahasa Inggris. Apalagi pengajaran bahasa Arab di Indonesia kurang memiliki akses ke lembaga-lembaga ilmiah di Timur Tengah.
Keterampilan berbahasa mencakup empat segi yaitu listening skills, speaking skills, reading skills dan writing skills. Setiap keterampilan erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil (kanak-kanak) kita belajar menyirnak bahasa, kemudian berbicara; sesudah itu kita belajar membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Keempat kete-
rampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan (catur-tunggal). Selanjutnya setiap keterampilan erat pula berhub ungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Sernakin trampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Meta tih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. [1]

Beberapa Pengertian
1. Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi  secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Dalam perkembangan selanjutnya karena kontak dengan berbagai disiplin ilmu, maka lahirlah bermacam-macam definisi psikologi yang satu sama lain berbeda. Salah satu di antaranya, seperti yang dikemukakan oleh Crow and Crow, "psichology is the study of human behavior and human relationship".[2]

2. Belajar
Belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh : James 0. Whittaker "sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman". Cronbach berpendapat bahwa "learning is shown by change in behavior as a result of experience". Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjuk-
kan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sementara Howard L. Kingskey mengatakan belajar adalah "proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan". Dari beberapa pengertian di atas tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegia tan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalan-tan individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.[3]

3. Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka milikibersama. Sistem dalam bahasa adalah sistem yang terdiri dari Karena bahasa adalah lisan, maka simbol-simbol ini juga berupa simbol-simbol lisan. Simbol ini bersifat arbitrer, yakni, tidak ada keterkaitan antara simbol-simbol ini dengan benda, keadaan, atau peristiwa yang diwakilinya.
Sistem simbol lisan yang arbitrer ini dipakai oleh masyarakat bahasa tersebut, yakni, masyarakat yang memiliki bahasa itu. Orang dari masyarakat bahasa lain ten tunya tidak dapat memakai sistem ini.  Pemakai bahasa menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara sesama mereka, tetapi dalam berinteraksi itu mereka, secara tidak sadar, dikendalikan oleh budaya yang mereka pangku. Perilaku bahasa mereka merupakan cerminan dari budaya mereka.
Jadi psikologi sebagai ilmu tentang jiwa, dalam kaitan-
nya dengan kemampuan berbahasa, mencoba menganalisis dari segi perilaku orang yang berbahasa. Bagaimana potensi dan peluang yang dapat diolah terkait dengan penguasaan dan perkembangan kernampuan berbahasa. Dengan demikian Psikologi Belajar Bahasa mencoba menelusuri proses seseorang dalam belajar atau melakukan pembelaja ran tentang bahasa. Psikologi Belajar Bahasa juga mengandung pengertian bagai-
rnana seseorang melakukan pelajaran dalam mengembangkan dan rneningkatkan keterampilan berbahasa, pada keseluruhan bahasa yang menjadi alat komunikasi.



Frinsip-prinsi Dasar Linguistik
Linguistik mempunyai beberapa prinsip dasar, yaitu:
1. Bahasa adalah suatu sistem. Suatu sistem pola-pola yang
     
kompleks dan suatu struktur dasar. Di dalamnya terdapat
     
ketentuan-ketentuan individual yang bekerja bersama-sama
      dengan kesatuan-kesatuan lainnya. Anak-anak mempelajari
     
sesuatu bahasa dengan belajar mempergunakan pola-pola
     
yang berstruktur itu, bukan dengan cara menganalisisnya.
2. Bahasa adalah vokal. Hanya ujaran sajalah yang mengandung
     
segala tanda utama sesuatu bahasa. Bagian-bagian kesatuan
      itu merupakan bunyi-bunyi yang membuat suatu perbedaan
     
dalam makna; bunyi-bunyi tersebut disebut fonem-fonem.
     
Huruf-huruf merupakan segala upaya untuk mewakili
     
bunyi-bunyi sesuatu bahasa. Membaca pertama sekali
     
merupakan suatu perekam (recording) cetakan menjadibunyi,
     
kemudian merupakan suatu pernbacaan sandi bahasa
     
menjadi makna. Inilah sebabnya mengapa suatu program
     
membaca harus didasarkan pada pengetahuan bahasa yang
     
ada pada sang anak
3. Bahasa tersusun dari lambang-lambang arbitrer. Ini berarti
     
bahwa hubungan antara lambang dan makna juga bersifat
     
arbitrer. Adalah salah bila kita memperdebatkan mengapa
     
seseorang memakal/rnengatakan kuali sebagai pengganti
     
belanga, atau ibu untuk emak, ayah untuk bapak, dan bahwa
     
hanya ada satu ucapan yang benar bagi suatu kata. Penga-
     
kuan bahwa lambang-lambang bahasa bersifat arbitrer
     
haruslah juga membuat kita selalu bertindak arbitrer dalam
     
hal itu.
4. Setiap bahasa  bersifat unik, mempunyai ciri-ciri khas. Tidak
     
ada dua bahasa yang mempunyai perangkat pola-pola yang sama, bunyi-bunyi yang sama, kata-kata atau sintaksis yang sama.
5. Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan. Penggunaan
      sistem itu sendiri sebenarnya berada pada tingkatan ke-
     
biasaan. Cara-cara kita mengucapkan suatu bunyi atau me-
     
nyusun kata-kata dalam suatu kalimat kita lakukan seotorna-
     
tis kita berjalan.  Belajar sesuatu bahasa dipengaruhi oleh
     
situasi-situasi yang menuntut penggunaan bahasa. Situasi-
     
situasi tersebut mengawasi, mergontrol kosa kata dan
     
sintaksis
6. Bahasa adalah untuk komunikasi. Pertama-tama sekali
     
bahasa itu haruslah dapat dipahami atau dimengerti oleh
     
pemakai, tetapi juga hams dapat dipahami oleh orang lain.
     
Kalau ucapan salah dimengerti, tidak dapat dipahami, atau
     
bentuk-bentuk menyatakan suatu makna yang lain dari yang
     
dimaksud oleh seorang, maka bahasa gagal mengkomuni-
     
kasikan mereka. Hal ini menuntut suatu analisis pendengar.
     
Kalau hal ini dilakukan maka jelaslah terlihat mengapa
     
pemakai kata-kata yang bake itu sangat penting dan pada
     
tingkat ilmiah diperlukan suatu ketegasan atau kepastian.
7. Bahasa berhubungan dengan kebudayaan tempatnya
     
berada.. Bahasa berada pada para pembicara yang berada
     
pada tempat tertentu melakukan hal-hal tertentu. Hampir
      setiap perdagangan mempunyai kata-kata serta ekspresi-
     
ekspresi yang hanya dimengerti oleh anggota kelompoknya.
8. Bahasa itu berubah. Tidak ada yang tetap di dunia ini;
     
termasuk juga bahasa. Semua berubah. Perubahan ini yang
     
mencakup kosa kata, bunyi-bunyi bahasa, bentuk kata,
     
bentuk kalimat, dan lain-lain,
Kedelapan prinsip linguistik yang telah diutarakan tadi sangat penting diketahui serta dipahami oleh guru bahasa yang selalu berhadapan dengan anak-anak didiknya.





Teori Pengajaran Bahasa

A.   Aliran Struktural dan Generatif Trasformasi

1. Aliran Struktural
Aliran ini dipelopori oleh linguis dari Swiss Ferdinand de Saussure (1857-1913) Dialah yang meletakan dasar-dasar linguistik struktural berdasarkan penelitian-penelitian dengan menggunakan metode-rnetode penelitian
Beberapa teori tentang bahasa dapat disebutkan (1) ba-
hasa itu pertama-tama adalah ujaran/lisan (2) kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan yang ditunjang dengan latihan dan penguatan (3) Setiap bahasa memiliki sistemnya sendiri yang berbeda dari bahasa lain, oleh karena itu, menga-
nalisis suatu bahasa tidak bisa memakai kerangka yang diguna-
kan untuk menganalisis bahasa lainnya. (4) Setiap bahasa memiliki sistem yang utuh dan cukup untuk mengekspresikan rnaksud dari penuturnya, oleh karena itu tidak ada satu bahasa yang unggul atas bahasa lainnya. (5) Sernua bahasa yang hidup berkembang mengikuti perubahan zarnan terutama karena terjadinya kontak dengan bahasa lain, oleh karena itu, kaidah-
kaidahnya pun bisa mengalami perubahan. (6) Sumber pertama dan utama kebakuan bahasa adalah penutur bahasa tersebut, bukan lernbaga ilmiah, pusat bahasa, atau mazhab-mazhab gram atika

2. Aliran Generatif-Ttransformasj
Tokoh utama Linguis Amerika Noam Chomsky th 1957 mempublikasikan bukunya "Langguage Structures" aliran ini membedakan dua struktur bahasa : Struktur luar dan struktur da la m. Bentuk ujaran yang diucapkan atau ditulis oleh penutur adalah struktur luar yang merupakan manifestasi dari struktur dalam. Ujaran itu bisa berbeda bentuk dengan struktur dalarn-
nya, tetapi pengertian yang dikandung sama. Sejalan dengan itu, Chomsky membagi kemampuan berbahasa menjadi dua, yakni kompetensi dan performansi. Kompetensi adalah kemampuan ideal yang dimiliki oleh seorang penutur. Kompe-
tensi rnenggambarkan pengetahuan tentang sistem bahasa yang sempurna, yaitu pengetahuan tentang sistem kalirnat (sintaks), sis tern kata (morfologi), sis tern bunyi (fonclogi) dan sis tern makna (sem a t ik) Sed ang k an performansi  a dalah ujaran-ujaran yang bisa didengar atau clibaca, yang merupakan tuturan seseorang apa adanya tanpa dibuat-buat.  Oleh karena itu, performansi bisa saja tidak sempurna, dan oleh karena itu pula, menurut Chomsky, suatu tata bahasa hendaknya memberikan kompetensi dan bukan performansi

B.   Metode Pengajaran Bahasa

1. Mazhab Behaviorisme
Pengembangan metode pengajaran dibangun di atas landasan teori-teori ilmu jiwa ilmu bahasa (iinguistik).Psikologi menguraikan bagaimana orang belajar sesuatu. Dalam pengajaran bahasa, mazhab behaviorisme ini melahirkan pendekatan aural-oral ( tharf'qah sam'iyyah syafahiyyah) Dalam pendekatan ini peran guru sangat dominan karena dialah yang memilih bentuk stimulus, memberikan ganjaran dan hukuman, memberikan penguatan dan menentukan jenisnya, dan dia pula yang memilih buku, materi, dan cara mengajarkannya, bahkan menentukan jawabannya atas pertanyaan yang diajukan kepada pembelajar. Pendekatan ini memberikan perhatian utama kepada kegia tan la tihan, drill, menghapal kosa kata, dialog, teks bacaan, dan pada sisi lain lebih mengutamakan bentuk luar bahasa. (pola, struktur, kaidah) dari pada kandungann isinya, dan mengutamakan kesahihan/akurasi dari pada kemampuan interaksi dan kornunikasi.

2. Mazhab Kognitif
Mazhab kognitif menegaskan pentingnya keaktifan pembelajar. Pembelajaran yang mengatur dan menentukan proses pembelajaran. Lingkungan bukanlah penentu awal dan akhir positif atau negatifnya hasil pembelajaran. Menurut mazhab ini, seseorang ketika menerima stimulus dari lingkungannya, dia melakukan pemilihan sesuai dengan minat dan keperluaannya, rnenginterpretasikarmya, rnenghubungkannya dengan pengalaman terdahulu, baru kemudian memilih alternatif respon yang paling sesuai.
Para ahli psikolinguistik pengikut rnazhab kognitif, antara lain Noam Chomsky dan James Deez, berpandangan

bahwa setiap manusia memiliki kesiapan fitriah (alamiah) untuk belajar bahasa. Manusia lahir dibekali oleh sang Pencipta dengan piranti pemerolehan bahasa atau LAD (Language Acquisition Device). Alat ini menyerupai layar radar yang hanya menangkap gelombang-gelombang bahasa. Setelah diterima, gelombanggelombang itu ditata dan dihubung-hubungkan satu sama lain menjadi sebuah sistem kemudian dikirimkan ke pusat pengolahan kemampuan berbahasa. (language competence). Pusat ini merumuskan kaidah-kaidah bahasa dari data-data ujaran yang dikirimkan oleh LAD dan menghubungkannya dengan makna yang dikandungnya, sehingga terbentuklah kemampuan berbahasa. Pada tahap selanjutnya, pembelajar bahasa menggunakan kemampuan berbahasanya untuk mengkreasi kalimatkalimat dalam bahasa yang dipelajarinya untuk mengungkapkan keinginan dan keperluannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah diketahui.

Tehnik Penguasaan Bahasa dengan Mengefisiensikan Kerja Otak
Untuk mengefisiensikan penguasaan bahasa, ada beberapa tehnik yang perlu dilakukart, yaitu:
1. Berilah otak kesempatan menyimak banyak-banyak —
            bagairnana kita tercengangmenyaksikan orang tidak sekolah
            lancar berbahasa asing. Dengan memanfaatkan program-
            pro gram radio, rekaman-rekaman, serta mendengarkan
            kuliah-kuliah yang merupakan bahan-bahan mentah yang
            dapat dipergunakan oleh otak untuk mengasimilasi, me-
            milih, serta menyimpan data-data penting mengenai bahasa.
2. Tenang dan santai. Kegelisahan-kegelisahan, sekalipun
            mengenai belajar bahasa, seakan-akan memutuskan upaya-
            upaya otak kita untuk melakukan tugasnya.
3. Janganlah memasang rintangan-rintangan baik bunyi-
            bunyian. Orang-orang yang berrnukim di dekat rel kereta
            api yang bising cenderung untuk melindungi diri mereka
            dengan " tabir bunyi" penghalang secara mental, sehingga

mereka tidak mendengar kereta api lewat. Beberapa orang cenderung memasang penghalang-penghalang bunyi bagi bahasa-bahasa asing dan sebagai akibatnya mereka tidak
mengasimilasi bahasa itu sedemikian rupa sehingga hal itu seolah-olah banyak menolong mereka pada suatu tingkat kesadaran. Akan tetapi dalam beberapa contoh, orang-orang
ini telah diketahui mempergunakan bahasa asing dengan amat lancar, kalau mereka mabuk atau sakit jiwa.
4. Berikan waktu yang cukup bagi otak. Pada akhir minggu
            kebanyakan orang beranggapan bahwa mereka haruslah
            mulai berbicara sesuatu bahasa asing. Tentu saja tanpa sangsi
            mereka.dapat memakai beberapa  ekspresi,  tetapi untuk
            memanfaatkan "passive listening" dengan sebaik-baiknya
            haruslah memberi kesempatan bagi otak  untuk bekerja
            beberapa bulan.
5. Beni kesempatan bagi otak bekerja, sementara kita rnenger-
            jakan sesuatu yang lain. Adalah merupakan suatu cara yang
            baik memasang rekaman dalam suatu bahasa sementara kita
            bercukur, makan, membaca koran sore, ataupun pada saat
            bermain dengan anak-anak. Kita akan dapat memberi
            perhatian yang serius  sepanjang waktu; oleh sebab  itu
            berilah kesempatan menyimak bagi otak secara santai.
            Banyak orang menganggap sepele akan hal itu , tetapi sangat
            penting dalam belajar bahasa, terlebih lebih bahasa asing.
            Jangan dilupakan bahwa pada saat tidurpun otak kita tetap aktif. [4]

Aktivitas Kegiatan Belajar Bahasa
Dalam  belajar bahasa, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar bahasa. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar bahasa apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi di manapun dan kapanpun memberikan kesempatan belajar bahasa kepada seseorang. Berikut beberapa aktivitas kegiatan belajar bahasa:

A. Menyimak dan berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang berlangsung face to face communication. [5]
            Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi); oleh karena itu maka model atau contoh yang disimak dan direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasan serta kecakapan berbicara
Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang (stimulus) yang ditemuinya (misalnya kehidupan desa kota) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam penyampaian ide-idenya.
Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup; misalnya ucapan, intonasi, kosa kata, pengunaan kata-kata, dan pola-pola kalirnat.
Anak yang masih kecil lebih dapat memahami kalimatkalimat yang lebih panjang dan rumit tinimbang kalimatkalirnat yang dapat cliucapkannya.
Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
            Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak; oleh karena itu, sang anak akan tertolong kalau dia mendengarkan serta menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru, rekarnan yang bermutu dan cerita-cerita yang bernilai.
           
Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik

pada pihak penyimak. Urnumnya sang anak memperguanakan bahasa yang didengar serta disimaknya. 1`

B. Menyimak
Don Brown, dalam disertasinya yang berjudul "Auding as the Primary Language Ability" pada Stanford University, 1954, menyatakan bahwa istilah-istilah Learnig dan Listening kedua-duanya terbatas dalam makna dan bahwa auding yang diturunkan dari kata kerja neologis to aud, lebih tepat rnelukiskan, memberikan keterampilan yang ada sangkut pautnya dengan para guru. "Auding is to the ears what reading is to the eyes". Kalau membaca merupakan proses melihat, mengenal serta mengin-
terpretasikan lambang-lambang tulis, maka menyimak dapatlah dibatasi sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-larnbang lisan .[6]
 Russel & Russel, berpendapat bahwa menyimak, bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.[7]
Dengan demikian, menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disarnpaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan








PENUTUP
Manusia di mana pun juga pasti akan dapat menguasai, atau lebih tepatnya memperoleh bahasa, asalkan dia tumbuh dalam suatu masyarakat. Proses pemerolehan ini merupakan suatu hal yang kontroversial di antara para ahli bahasa.
Orang pada umumnya tidak merasakan bahwa menggunakan bahasa merupakan suatu keterampilan yang luar biasa rumitnya. Pemakaian bahasa terasa lumrah karena memang tanpa diajari oleh siapapun. Seorang bayi akan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan bahasanya. Dari umur satu sampai dengan satu setengah tahun seorang bayi mulai mengeluarkan bentuk-bentuk bahasa yang telah dapat kita identifikasikan sebagai kata. Ujaran satu kata tumbuh menjadi ujaran dua kata dan akhirnya menjadi kalimat yang komplek menjelang urnur empat atau lima tahun.
Dengan fakta-fakta seperti dipaparkan di atas maka pandangan masa kini mengenai bahasa rnenyatakan bahwa bahasa adalah fenomena biologist khususnya fenomena biologi perkembangan. Arah dan jadwal munculnya suatu elemen dalam bahasa adalah masalah genetik. Sebagai contoh, gigi manusia yang jaraknya rapat, tinginya rata, dan tidak miring ke depart membuat udara yang keluar dari mulut lebih dapat diatur. Begitu pula bibir manusia lebih dapat digerakkan dengan fleksibel. Bibir atas yang bertemn dengan bibir bawah akan menghasilkan bunyi tertentu, /m/,/p/,/b/, tetapi bila bibir bawah agak ditarik ke belakang dan xnenernpel pada ujung gigi atas akan terciptalah bunyi lain ,/f/ dan /v/. Di samping struktur mulut, paru-paru manusia juga dengan mudah menye-
suaikan diri dengan kebutuhan. Pernafasan kita waktu berbicara, waktu diam, dan waktu menyanyi lidaklah sama. Pada waktu bicara, kita menarik nafas yang panjang sehingga paru-paru menjadi besar. Udara ini tidak kita heinbuskan keluar sekaligus, tetapi secara bertahap sesuai dengan kebutuhan. Karenartu, kita dapat berbicara berjam-jam, tetapi kita tidak bisa berada dalam air lebih lama daripada lima menit.


Daftar Pustaka

Anderson; Paul S., Language Skills in Elementary Education, New York:
Macmillan Publishing Co,Inc, 1972. 90
Dirdung Harndun,Psikalogi Belajar Bahasa
Brooks; Nelson; Language and Langguage Learning, New York
            Horcourt,Brace & World,Inc. 1964.
Dawson, Mildred A. (et.a1), Guiding Language Learning, New York:
            Harcout, Brace& World, Inc.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta      : PT Adi Maha-
satya,  2002.
Dardjowidjojo, Psikolinguistik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
            2005.
Fletcher, Paul dan Brian Mac Whinney. The Hand book of Child
            Langguage, Oxfort: Blackwell Publisher, 1995.
Hunt, M., A New Science Explores the Human Mind, New York: Simond
            & Schuster, 1982.
Nida; Eugene A., Learning a Foreign Langgnage, Ann Arbor Michigan:
            Cushing Malloy, Inc.,1957.
Rakhmat, Jalaluddin., Psikologi koniunikasi. Bandung: PT Remaja
            Rosdakarya, 2002.
Tarigan, Henry Guntur, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan
            Berbahasa, Bandung: Angkasa, 1985.




[1] Mildred A. Dawson, (etal) , Guiding Language Learning, ( New York Harcout, Brace& World, Inc. 27, Lihat juga , Henry Guntur Tarigan, Menyirnak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, ( Bandung: Angkasa,1985), 1
[2] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta  PT MA Mahasatya,2002) , 1

[3] Ibid .13
[4] Eugene A. Nida, Learning a Foreign Langguage, (Ann Arbor Michigan : Cushing Malloy, Inc.,1957) p. 27-29, Lihat juga, Tarigan, Menyimak...,. 31
[5] Eugene A. Nida, Learning a Foreign Langguage, (Ann Arbor Michigan : Cushing Malloy, Inc.,1957) p. 27-29, Lihat juga, Tarigan, Menyimak..., p. 31
[6] Dawson .Gitidirrg..., p. 29
[7] Paul S. Anderson, Language Skills in Elementary Education, (New York Macmillan Publishing Co,Inc, 1972), 68

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Flickr Gallery

Recent Posts

Visitor

Flag Counter

GOOGLE TRANLATE

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Get Widget by Google

Recent Comments

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. TAMPAT BERBAGI ILMU - All Rights Reserved